Rabu, 10 Oktober 2012

Tugas Pengantar Ilmu Sejarah Jilid 2

Nama : Arief Syahrul Tiro
Nim : 1262542019
Kelas : B
Jurusan : Pendidikan Sejarah

Tugas :
"Jelaskan cara penggunaan teori, metode, dan teknik didalam menyusun karya sejarah"

A. Teori Penulisan Sejarah
Perluasan sejarah sosial yang terjadi di abad kedua puluh telah menghasilkan beberapa karya paling menarik dalam bidang studi sejarah. Sebagai berbagai kekhawatiran sejarawan sosial telah berkembang, sehingga memiliki berbagai metodologi dan pendekatan teoretis mereka mempekerjakan. Para sejarawan telah memanfaatkan lebih dari wawasan teoritis ilmuwan sosial, dan batas-batas antara disiplin menjadi kabur sebagai konsekuensinya. 

Sosial Teori dan Sejarah Sosial : 
- Meliputi perkembangan utama dalam sejarah sosial
- Menawarkan pengenalan teori sosial yang paling penting
- Membahas hubungan antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial
- Menganggap penggunaan teori dalam penulisan sejarah
- Meneliti perdebatan saat ini dalam historiografi

Dalam panduan ini pengantar singkat, Donald M. MacRaild dan Avram Taylor mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara teori sosial dan sejarah sosial, dengan alasan bahwa kesadaran hubungan antara keduanya adalah kunci untuk pemahaman yang lebih dalam proses perubahan sejarah.

B. Metode Penulisan Sejarah
Metode sejarah ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan kisah masa lampau itu, terdiri atas langkah-langkah berikut : (1) Mencari jejak-jejak masa lampau; (2) Meneliti jejak-jejak itu secara kritis; (3) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak itu berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau; dan (4) Menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi ilmiah. Prosedur itulah yang disebut metode sejarah.
Pemahaman tentang sumber sejarah ini selain akan menjelaskan pengertian tentang sumber sejarah sebagai suatu istilah, juga klasifikasi sumber maupun jenis-jenisnya. Dan akhirnya perlu dikemukakan beberapa contoh sumber sejarah yang meliputi : (1) Metode ilmiah; (2) Klasifikasi sumber sejarah; (3) Kritik sumber sejarah; (4)Beberapa contoh tentang sumber sejarah.

1. Metode Ilmiah Sejarah
Sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Prosedur untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya, disebut metode ilmiah sejarah. Jadi metode ilmiah dalam sejarah bertujuan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta-fakta masa lampau berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau.
Rekaman sejarah atau sejarah sebagai rekaman terdiri dari rekaman sebagian kecil sejarah sebagai aktualitas. Dari yang pernah terjadi sebagaimana keadaan yang sebenarnya pada masa lampau hanya terekam sebagian kecil dari sumber-sumber sejarah, karena tidak semua peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau mendapat perhatian dan diteliti. Sebagian dari yang pernah diamati pada masa lampau tersimpan dalam
memori hanya sebagian yang ada dalam memori telah terekam; hanya sebagian dari rekaman itu meninggalkan bekas; hanya sebagian dari bekas itu menarik perhatian sejarawan; dari yang menarik perhatian itu hanya sebagian yang dapat dipercaya; hanya sebagian yang dapat dipercaya itu dapat memberi informasi, yang hanya sebagian saja dapat diterangkan atau diceritakan.
Sejarah yang diceritakan dalam tulisan atau lisan hanya merupakan ungkapan sejarawan dari bagian yang dapat dimengerti dari bagian yang dapat dipercaya dari bagian rekaman sejarah yang ditemukan itu tidak dapat dijamin sebagai bagian yang paling penting, paling representatif, atau paling langgeng.
Untuk sampai pada penyusunan cerita sejarah, yang terdiri dari sejarah serba tafsir, harus melalui tiga proses. Pertama,proses teoritis, yang mengacu pada prinsip-prinsip yang melandasi pemecahan masalah secara teoritis untuk mendekati atau mencapai kebenaran sejarah.Kedua, proses metodologis, yang mencarikan dan menunjukkan jalan untuk menemukan kebenaran sejarah tersebut. Dan ketiga, proses teknis, yaitu kemahiran-kemahiran tertentu untuk menggunakan alat-alat dalam penelitian untuk memperoleh atau mendekati kebenaran sejarah.
Ketiga proses tersebut berlangsung dalam penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah. Yang disebut metode sejarah, dengan demikian, ialah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau2. Dengan menunjuk proses itu diperoleh data sejarah melalui penelitian terhadap evidensi-evidensi di dalam sumber-sumber sejarah. Kemudian diperoleh fakta-fakta sejarah untuk ditafsirkan menjadi cerita sejarah, yang melukiskan gambaran tentang masa lampau. Tafsiran tersebut ialah hasil rekonstruksi melalui proses pengujian dan penelitian secara kritis terhadap sumber-sumber sejarah. Rekonstruksi imajinatif ini disebut histriografi (penulisan sejarah).
Untuk memperoleh pengetahuan sejarahyang benar, harus digunakan sumber sejarah yang benar pula. Penggunaan sumber-sumber sejarah itu harus menghasilkan ketentuan-ketentuan tentang kejadian peristiwa-peristiwa pada masa lampau, yaitu tentang sejarah sebagai kenyataan. Untuk merekonstruksi sejarah dalam wujud gambaran yang hidup dan menarik diperlukan imajinasi, tetapi imajinasi itu terikat oleh bukti-bukti peninggalan sejarah yang ditemukan dan etika untuk mencari kebenaran sejarah, tidak
bebas seperti imajinasi dalam sastra untuk menciptakan fiksi dalam cerita roman.
Kendati sejarawan harus dijiwai etos mencari kebenaran, ia tidak mungkin mengkorespondensikan atau membuat sama sejarah serba subjek dengan sejarah sejarah serba objek.
Metode sejarah yang merupakan bagian sangat penting dari teori untuk mengetahui ialah pendekatan (approach) kepada kebenaran sejarah. Sejarah sebagai realitas (history as reality) atau sejarah sebagai kenyataan adalah sejarah serba objek, yang pada hakikatnya dijadikan objek penelitian.
Dalam sejarah objek sudah lenyak tenggelam dalam masa silam dan hanya dapat dihubungi melalui peralatan sumber-sumber sejarah. Objeknya, dengan demikian, tersembunyi di balik sumber sejarah.
Setelah dengan teknik penelitian secara tertentu dipunguti fakta-fakta sejarah, kemudian diadakan penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah tersebut untuk memperoleh arti dan maknanya. Selanjutnya seleksi atau penyaringan fakta-fakta, yaitu memilih fakta-fakta yang relevan dan diperlukan. Setelah itu masih harus diadakan interpretasi atau penafsiran fakta-fakta untuk melakukan rekonstruksi imajinatif masa lampau dengan memberi berbagai fungsi pada fakta-fakta itu dalam pertelaan sejarah berupa cerita sejarah yang bermakna (significant atau meaningful). Dalam cerita sejarah masih harus dijelaskan fungsi genetis (asal-mula jadinya), evolusional, dan kausal. Kejadian peristiwa-peristiwa harus diterangkan mengenai apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, mengapa, sebab apa )what, who, when, where, how, why).
Dari sumber-sumber sejarah itu dipunguti fakta-fakta sejarah, tetapi fakta-fakta sejarah itu tidak tersedia dengan begitu saja dan siap untuk dipunguti. Kemudian dibuat sintesis sejarah dalam rekonstruksi imakinatif masa lampau yang diselidiki. Ilmu sejarah bertugas untuk mengerti, memahami, dan menghayati masa lampau dengan memberi bentuk kepada kenyataan-kenyataan dalam masyarakat manusia pada masa lampau. Ilmu sejarah berusaha memperoleh kebenaran mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau.

2. Klasifikasi Sumber Sejarah
Dalam Sejarah terdapat bahan-bahan asli untuk membentuk pengetahuan sejarah. Bahan- bahan tersebut berupa rekaman – rekaman sejarah. Dalam bahasa Jerman ada istilah Quellenkunde, yaitu pengetahuan tentang sumber – sumber sesuatu yang secara langsung dan tidak langsung.
Menurut bentuknya klasifikasi sejarah dibedakan menjadi tiga, yaitu: Pertama, Sumber Dokumenter (berupa bahan dan rekaman sejarah dalam bentuk tulisan). Kedua, Sumber Korporal (berwujud benda seperti bangunan, arca, fosil, dan sebagainya). Ketiga, Sumber Lisan (terdiri dari sejarah lisan).
Menurut Jan Romein, Sumber sejarah dibagi menjadi sumberlangsung dan sumber tidak langsung. Sumberlangsung dibagi lagi ke dalam peninggalan disengaja dan peninggalan tidak disengaja. Peninggalan yang disengaja diwariskan dengan tujuan untuk tanda peringatan kepada generasi penerus. Sementara Peninggalan yang tidak disengaja dibagi menjadi lima kategori, yakni: Pertama, bekas manusia (fosil-fosil). Kedua, bekas sisa-sisa bangunan. Ketiga, sisa-sisa keadaan masyarakat. Keempat, peninggalan bahasa. Kelima, tulisan-tulisan berupa bukti pembayaran, daftar barang, buku harian, dan lain-lain.
Sumber tidak langsung atau sumber sejarah bercerita, juga disebut tradisi yang terbagi atsa tradisi berwujud rupa, tulisan, dan lisan. Tradisi lisan terdiri dari cerita naluri yang diwarisakan atau yang dituturkan turun temurun dalam bentuk sage, mitos, legenda, dan sebagainya. Berita lisan tentang peristiwa sejarah termasuk sejarah oral.
Kronik , biografi, autobiografi dan memoir merupakan bentuk-bentuk peralihan kepada karya-kaya sejarah yang sebenarnya, yang biasa dibagi menjadi dua macam. Pertama, sejarah modern atau sejaraha kontenporer (contemporary or current history), yaitu yang menceritakan masa yang didalam dan masa dekat sebelumnya. Kedua, sejarah yang tersusun berdasarkan pada hasil penelitian terhadap sumber- sember sejarah.
Disamping sumber sejarah juga sering disebut literatur atau kepustakaan sebagai kategori tersendiri.
Suatu tulisan mengenai subjek tertentu dalam sejarah berfungsi sebagai sumber sejarah. Sumber sejarah yang asli disebut “Sumber Primer” sedangkan yang berisi bahan-bahan asli yang sudah digarap disebut “Sumber Sekunder”.
Sumber sejarah memuat rekaman ingatan umat manusia mengenai pengalaman-pengalaman dari masa lampau,.dengan adanya rekaman sejarah itu ingatan tersebut dapat diawetkan. Dengan demikian di dalam sejarah diawetkan kumpulan pengalaman kolektif umat manusia yang berakumulasi (accumulated collective memory on mankind).
Peristiwa- peristiwa dalam masyarakat manusia telah terjadi lenyap untuk selama-lamanya dalam masa lampau. Kadang-kadang hanya meninggalkan jejak-jejak yang hanya sedikit. Dan sebagian kecil diantaranya telah melakukan observasi. Rekaman sejarah sebagian besar ditemukan dalam bentuk fragmentaris (sebagian-sebagian atu sepengalan-sepenggalan) dan tidak lengkap. Kenyataan ini sering terjadi, mengingat sejarah yang berlangsung beribu-ribu tahun masih belum mengenal alat percetakan buku. Buku sejarah modern jumlah rekamannya menjadi sangat besar. Misalnya dokumen sejarah mengenai Perang Dunia II jumlahnya berpeti-peti jika dijejerkan akan betapa panjangnya. Kendantipun demikian rekaman-rekaman sejarah didalamnya masih belum lengkap. Rekaman sejarah itu tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap karena keterbatasan kemampuan manusia. Bahkan panitia yang bagaimana pun besarnya tidak akan dapat membaca dan meneliti dokumen tersebut.

3. Kritik Sumber Sejarah
Untuk membuat rekonstuksi imajinatif masa lampau sejarawan harus harus mencari dan mengumpulkan sumber sejarah untuk meneliti isinya. Diperlukan bantuan beberapa cabang ilmu. Dalam rekonstruksi imajinatif sejarah dibuat gambaran yang terdiri dari anggapan-anggapan mengenai gejala-gejala sejarah yang didapat dari evidensi-evidensi yang ditemukan di dalam sumber-sumber sejarah. Data yang terdapat dalam evidensi-evidensi tersebut harus di uji secara kritis kebenarannya. Proses intelektual dalam menyusun gambaran sejarah melalui tiga taraf. Laboratorium yang lazim bagi sejarah perpustakaan dan alat yang paling bermanfaat disitu ialah katalogus( Henry S, Comamager. The nature and study of history :24) dalam taraf pertama diadakan pengumpulan informasi debgan didahulukan eksplorasi integrasi intelektual data yang terkumpul melalui penilaian secara kritis dan akhirnya dalam taraf ketiga yaitu taraf informasi disusun rekonstuksi sejarah.
Tiga tahap dalam pekerjaan menyusun gambaran sejarah mencakup empat kegiatan yaitu: Pertama, pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan, setelah ekspolorasi literatur. Kedua, setelah menemukan sumber sejarah yang diperlukan harus menentukan:
1. Apakah sumber sejarah itu otentik atau jika otentik untuk sebagian, berapa bagiankah yang otentik
2. Berapa banyak bagian otentik itu dan sejauh mana dapat dipercaya
dengan demikian diadakan seleksi atau penyaringan data untuk menyingkirkan bagian-bagian bahan sejarah yang tidak dapat dipercaya.
Ketiga, memecahkan masalah yang lebih berat, yaitu menyusun fakta-fakta sejarah dalam historiografi. Keempat, mengadakan sintesis sejarah, yaitu menafsirkan fakta sejarah dalam historiografi untuk mewujudkan cerita sejarah.
Dalam metode penelitian sejarah kegiatan pertama disebut Heuristik. Kegiatan kedua disebut kritik sumber yang didasari etos ilmiah yang menginginkan menemukan atau mendekati kebenaran. Dalam kegiatan ketiga diadakan penafsiran terhadap arti fakta-fakta sejarah (ammusung) dan kegiatan keempat ialah historiografi untuk menyajikan gambaran sejarah (Darstellung). (Bernsheim, Lehrbuch 1889:781) dalam pada itu berkenaan dengan kritik sumber juga ada dua macam yaitu:
Pertama, kritik ekstern atau kritik luar untuk menilai otentisitas sumber sejarah. Sumber yang otentik tidak mesti harus sama dengan sumber dan isi tulisan dalam dokumen harus sembunyi dan sama dengan sumber aslinya, baik menurut isinya yang tersurat maupun yang tersirat.
Kedua, kritik intern atau kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian didalam sumber dengan kesaksian dari sumber lain.
Metode kritik sumber ini dirintis oleh sejarawan jerman yang berasal dari denmark, yaitu Barthold George Niebuhr (1746-1831). Leopold von Ranke (1795-1886) berusaha nmenuliskan sejarah yang objektif dan beranggapan bahwa sejarah harus menuturkan fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Fakta-fakta sejarah tersebut harus dapat berbicara sendiri, tidak boleh dilebihi dan tidak boleh dikurangi (Notosusanto, Norma2 ,1997:5)
Dalam penelitian terhadap bahan dan bentuk sumber sejarah melalui kritik ekstern di persoalkan antara lain hal
1. Dari bahan apa dokumen itu dibuat, apakah dari batu, logam, kayu, bambu, papirus, perkamen, kain sutera, kertas, dan sebagainya.
2. Dengan alat apa tulisan itu dibuat apakah dengan pahat, benda runcing, atau yang lain.
3. Aksara apa yang digunakan dan bagaimana bentuk huruf-hurufnya
4. Bahasa apa yang digunakan dan dalam bentuk apa beritanya disajikan (Dasuki, sejarah 1974:29)

4. Beberapa Contoh Sumber Sejarah
Beberapa contoh sejarah misalnya, naskah yang tertulis atau dokumen, jika sebuah dokumen itu asli maka kertas dan tinta harus sejaman dengan bentuk tulisan tersebut (yaitu bentuk huruf-huruf dalam tulisan, gaya bahasa dan aturan tata bahasanya), maka dokumen ini telah bisa diselidiki secara ilmiah.
Selanjutnya prasati, prasasti tidak dapat diselidiki oleh sembarang orang, melainkan oleh para epigrafyang faham bahasa sansakerta, jawa kuno, dan sebagainya. Prasasti merupakan piagam resmi dari seorang raja atau pejabat kerajaan. Prasati merupakan sumber sejarah kuno Indonesia yang sangat penting karena banyak dipercaya dan diteliti oleh epigraf. Prasati artinya adalah ucapan-ucapan pujian dan kemudian di artikan perintah raja. Prasasti biasanya dibuat di batu atau lempeng logam. Maksud membuat prasasti adalah sebagai pengesahan terhadap tindakan kerajaan. Isinya yang lengkap adalah:
1. Sreing memuat nama raja, gelar dan nama kerajaaan.
2. Biasanya berangka tanggal dan tahun, dalam tarikh syaka, ada juga prasati yang berangka tahun namun dapat diperkirakan dari bentuk aksaranya.
3. ada bagian alas an atau motivasi mengapa dibuat prasati ini bagian ini disebut sambadhadan penting karena memuat:
a. nama para pendeta atau punggawa yang melaksanakan perintah raja.
b. penjelasan mengenai peristiwa.
c. nama para saksi.
d. mantera-mantera untuk memuja dewa.
e. keterangan tentang upacara yang berhubungan dengan peristiwa
4. hadiah-hadiah yang diberikan
5. sumpah atau kutukan pada setia pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam prasati.
Huruf dalam tulisan prasati berasal dari aksara india, yang ditiru oleh bangasa india dari bangsa arema, tapi perbedaannya aksara arema ditulis dari kanan ke kiri sedangkan aksara india ditulis dari kiri ke kanan. Prasasti-prasasti yang telah diteliti dan hasil penelitiannya diterbitkan dalam kumpulan tulisan antara lain oleh:
1. Dr. A.B cohen Stuart, Kawi Oorkonden.
2. Dr. J.L.A Brandes, “Oud-Javaanschee Oorkonden” dalam Verhandelingen Bataviasch Genottschap Deel LX, 2-destuk, 1913.
3. Dr. H. Kern, Verspreide Geschrnten.
4. Oudheidkundige verslag (laporan lawatan purbakala)
5. Dr. J.G De Casparis, prasasti Indonesia jilid I dan II
6. Dr. K. Goris, Prasasti bali jilid I dan II
Penerbitan-penerbitan tersebut termasuk literature tentang prasasti Indonesia dan merupakan sumber sejarah bagi mereka yang tidak mampu menggunaka sumber aslinya. Suatu cara paling sederhana untuk dapat membuat tulisan batu lebih jelas dengan cara dibasahi. Ada beberapa prasasti yang tidak dapat di angkut dari tempatnya maka prasasti itu dibuat tiruannyadalam kertas tebal disebut ablatsch.
Di Eropa dan Asia Barat daya naskah-naskah kuno di buat dari perkamen yang bahannya terbuat dari kulit yang masih ada dalam pergamus. Perkamen berasal dari nama kota pergamun atau pergamus. Warna dari pergamen ada yang putih, purple dan violet. Ada pula yang dari kertas perkamen atau tiruan perkamen. Dan ada juga di Indonesia naskah yang terbuat dari lontar.
Persoalan teknis dalam kritis sumber sejarah mengenai penelitian isinya harus juga di pecahkan tentang bahasanya, susunan kaliamat , gaya bahasa dan yang lainnya. Setelah dikumpulkan fakta sejarah dari pemungutan sumber-sumber sejarah, harus memecahkan persoalan yang lebih berat yaitu bagaimana menyajikan sintesis dalam pertelaan sejarah yang diwujudkan ke dalam sejarah sebagai kisah.didalam Aunassung, masalajh ini mulai dipecahkan dengan mengadakan tafsiran terhadap makna fakta-fakta sejarah yang diseleksi atau di saring dan setelah itu menyusun konsep. Dalam Darstellung atau historiografi diadakan sintesis sejarah.peristiwa-peristiwa sejarah digambarkan melalui tafsiran-tafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang telah didapat melalui pemrosesan dalam aunassug.
Menurut Gottschalk, penafsiran sejarah mempunyai tiga aspek penting yaitu:
1. Analitis-kritis menganalisis struktur-struktur interen, hubungan antara fakta dan gerak dinamika sejara.
2. Historis-Subtantif menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan dengan fakta yang cukup sebagai ilustrasi.
3. Social-Budaya memperhatikan manifestasi insanidalam interaksi dan interelasi social-budaya.
Maka penulisan sejarah harus ditunjukan pada empat sasaran sejarah:
1. Detail fakta yang akurat
2. Kelengkapan fakta yang cukup
3. Penyajian bahasa yang terang dan halus]
4. Struktur penulisan yang logis.
Sejarah menelaah dan mengkaji dan mengkaji kenyataan-kenyataan social-busaya pada masa lampau dan berusaha mengadakan pendekatan secara holistiskepada objek kajian sambil meneliti aspek-aspek yang kurang diperhatikan oleh peneliti lainnya.
Dalam kerja ilmiah sejarah siadakan pelacakan bekas-bekas sejarah, yang dalam bahasa jerman geschictiorschung atau dalam bahasa belanda disebut gescihedvorsing dan dalam bahasa inggris disebut historical research. Setiap historiografi mutlak dikuasi oleh geschichtiorschung tertentu, yang harus disediakan groundwork atau kerja yang mendasari penulisan sejarah. Ada sejarah serba teknik atau yang disebut metode sejarah dan ada pula sejarah yang sdisusun dalam historiogradi atau disebut tafsiran sejarah.
Fakta-fakta sejarah yang ditafsirkan didalam penulisan sejarah semestinya harus fakta-fkta sejarah yang objektif. Penulis sejarah tidak boleh membuat sejarah sendiri yang imajinasinya fakta-fakta sejarah menurut imajinasinya sendiri.fakta sejarah yang objektif itu di dapat dari penelitian terhadap sumber-sumber sejarah dengan penelitian yang cermat dan kritis. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran yang dijiwai etos ilmiah untuk mendekati kebenaran. Ilmu menuntuk kebenaran tanpa memihak.. mengenai fakta-fakta sejarah yang ditafsirkan dalam historiografi harus mutlak ada kesempatan objektifitas di antara para ahli yang kompeten. Cerita sejarah bisa berbeda-beda. Disini berpengaruh berbagai subjektifitas yang juga menuntukan perbedaan visi sejarah atau pandangan sejarah. Inilah antara lain yang memberikan karakteristik kepada penulisan sejarah dan cerita sejarah yang dihasilkan. Masalah interpretasi fakta-fakta merupakan masalah terpenting dalam historiografi.fakta-fakta sejarah harus ditempatkan menurut fungsi tertentu dalam koligasi (colligation) atau saling hubungan.dalam pelajaran sejarah menggunakan sejarah yang sudah dapat diakui dan diterima kebenarannyaseperti dalam buku-buku standar pelajaran sejarah dalam buku tersebut dinamakan “sejarah yang telah diakui” atau dalam bahasa inggris “accepted histoty” sejarah itu dapat berbeda-beda dalam arah ekonomi, social, politik dan sebagainya, tetapi fakta sejarah tidak boleh dipalsukan atau di putar balikan.

C. Teknik Penulisan Sejarah
1.Heuristik
2.Verifikasi
3.Interprestasi
4.Historiografi


daftar pustaka :
id.wikipedia.org/metode-sejarah
www.duniapedia.com/thread187889/300.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan baca dan komentari kalo perlu


semoga bermanfaat