Nama : Arief Syahrul Tiro
NIM : 1262542019
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Kelas : B
Kerajaan Angkor (802 M - 1432 M)
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN ANGKOR
ASAL MULA KERAJAAN ANGKOR
ASAL MULA KERAJAAN ANGKOR
Karena
tidak ada peninggalan tertulis, maka diperkirakan Angkor lahir dari
dalam lingkungan Khmer sendiri, bukan karena Tchen-la diduduki secara
militer. Dari sudut sejarah, faktor berdirinya Angkor diketahui berasal
dari luar yaitu pengaruh dari Nusantara.
1. Sriwijaya dan Dinasti Sailendra
Dengan Sriwijaya memiliki hegemoni perdagangan seperti Fu-nan dan dapat
menggantikannya dan berkat hal itu, dapat menguasai laut-laut selatan,
mungkin karena hal tersebut Tchen-la terpaksa meninggalkan kekuasaan
atas laut. Mulai perempat kedua abad-8 Masehi kekuasaan beralih ke Jawa
Tengah dimana berkembang dinasti Syailendra yang kuat.
Raja-raja
Sailendra menganggap dirinya keturunan langsung raja-raja Fu-nan, yang
berlindung di Jawa setelah negeri mereka ditaklukkan oleh Tchen-la.
Mereka mendapat julukan “Raja Gunung” dan menggunakan gelar Maharaja,
karena menganggap diri sebagai penakluk dunia. Mereka menjatuhkan salah
seorang raja terakhir dari kerajaan Tchen-la yang tengah memudar. Di
negari itu mereka memiliki semacam kekuasaan, karena diakui oleh orang
Khmer sendiri pada waktu pendirian Angkor.
2. Ekspansi Peradaban Jawa
Cemerlangnya kesenian Buddha zaman sailendra, hal itu mencerminkan
perkembangan agama Budha Mahayana yang dimulai pada zaman dinasti Pala
di India, dan disebarkan oleh orang Jawa dan Sumatera. Kesenian itu
muncul di Semenanjung Malaya dalam bentuk arca gaya Sriwijaya. Menjelang
pertengahan abad ke-8 M, ada dua torso Awalokiteswara yang luar biasa
bagusnya yang ditemukan di Chaiya. Karya-karya ini, walaupun menunjukkan
pengaruh kesenian Jawa, memperlihatkan juga pengaruh kesenian pala yang
jelas sekali. Kemungkinan besar patung-patung ini dikenal oleh
seniman-seniman Angkor yang pertama. Ritus kerajaan sailendra dan
unsur-unsur Hindu tradisional yang tersembunyi di Jawa Timur, gelar
“Raja Gunung”, pemujaan raja-raja yang telah meninggal dan pemujaan
kepada lingga sebagai symbol kekuasaan, semua itu merupakan salah satu
asal-usul dari institusi-institusi kerajaan Angkor.
RAJA MASA AWAL KERAJAAN ANGKOR
1. JAYAVARMAN II
Pengaruh secara langsung dialami oleh Jayavarman II yang pernah hidup
di jawa. Raja itu mempunyai hubungan keluarga agak jauh dengan
dinasti-dinasti Kamboja yang terdahulu. Ia tinggal di istana dinasti
Sailendra, ia pulang ke kamboja menjelang tahun 790 M.
Raja baru
itu mulai mempersatukan wilayah Tchen-la yang terpecah-pecah. Tahapan
penaklukannya mengambil wujud sebanyak ibu kota yang didirikannya:
mula-mula Indrapura, disebelah timur Kompong Cham lalu menuju
propinsi-propinsi sebelah utara danau-dana, yang kelak akan menjadi
pusat kekuasaannya. Pada tahun 802 M, ia membangun Mahendraparvata, di
Phnom Ku-len, sekitar 30 km sebelah timir laut Angkor.
Tempat itu
dipilih dengan pertimbangan khusus. Pada dasarnya wilayah itu tidak
layak huni, dan dengan cepat akan ditinggalkan, hal ini bersifat
simbolis agar Ia menjadi “Raja Gunung” dan penguasa universal,
Jayawarman II telah memilih begitu saja sebuah gunung yang mirip Gunung
Meru, tempat bersemayam para dewa disekitar Indra, raja mereka. Secara
khusus ia mendatangkan seorang pendeta brahmana untuk membacakan
teks-teks suci dan membangun lingga dewa maha mulia. Lingga tersebut,
merupakan sumber kekuasaan dan tempat tinggal jiwa sang raja, kelak
menjadi lambang kerajaan Khmer. Dengan tindakannya tersebut menjadikan
kambuja tidak lagi bergantung pada Jawa dan tinggal hanya seorang
penguasa yang universal. Setelah itu Jayavarman II tetap di Roluos dan
meninggal di situ pada tahun 850 M. putranya Jayavarman III
menggantikannya dan menetap disitu sampai tahun 877 M.
Ternyata
bahwa Jayavarman II benar-benar pendiri kekuasaan Angkor, dan bukan
hanya dari segi politik saja, tetapi juga dari segi Keagamaan.
Pemerintahan Jayavarman II yang diperkuat oleh pemerintahan anaknya,
telah mengubah sama sekali jalannya evolusi Kerajaan Khmer. Negeri itu
menyatu lagi di bawah kekuasaan tunggal, yang kokoh, dan tak
tertandingi.
2. INDRAVARMAN
Pengganti kedua pendiri Angkor Indravarman (877-889 M) berjasa membina
dasar yang kokoh untuk kekuasaan Ankor, baik dalam bidang politik maupun
sosial dan ekonomi. Otoritasnya diakui sampai ke Cochin-Cina, sampai ke
U-Bon di Siam, bahkan mungkin ke Champa. Selaku penganut ajaran Siwa
yang kuat, ia berusaha mengembangkan pemujaan kepada raja yang telah
meninggal, yang dimulai oleh Jayawarman II, yang mungkin atas pengaruh
Jawa.
3. YASOVARMAN
Yasovarman, putra Indravarman menggantikannya pada tahun 889M. Dari
ibunya, ia adalah keturunan keluarga kerajaan Fu-nan yang palin tua.
Gurunya seorang Brahmana, anggota keluarga pendeta yang ditugasi
Jayavarman II untuk mengurus pemujaan lingga kerajaan. Sebagai putra
Indravarman, dan pewaris raja-raja universal Fu-nan,serta pengikut
gagasan-gagasan Jayavarman II, dalam dirinya terkumpul semua
kelebihan-kelebihan yang telah membawa kepada kelahiran Angkor.
PERKEMBANGAN KERAJAAN ANGKOR
HEGEMONI KHMER
1. KOH KER
HEGEMONI KHMER
1. KOH KER
Harshavarman I, saudara kandung Yasovarman, menggantikannya pada tahun
900 M dan memerintah sampai sekitar tahun 921 M. Sejak tahun 921 M,
pamannya Jayavarman IV, memberontak dan membangun sebuah ibukota baru di
Chok Gargyar sekarang Koh Ker sekitar 70 km disebelah timur laut
Angkor.
Seperti para pendahulunya, Jayavarman IV adalah seorang
pengagum Siwa. Di ibu kotanya yang baru ia membangun sebuah lingga suci,
suatu pengulangan tindakan Jayavarman II yang membangun Angkor, mungkin
dengan tujuan sama yakni merayakan keberhasilannya merebut kekeuasaan.
Ia wafat pada tahun 941 M dan putranya tetap memerintah di Koh Ker
samapi tahu 941 M.
2. KEMBALI KE ANGKOR
Rajendravarman (944-968 M), kemenakan si perampas kuasa dan juga
Yasovarman, kembali ke kota itu begitu ia naik tahta. Kepulangan itu
lebih bermakna lagi karena raja baru itu, menurut garis keturunan ibu,
adalah pangeran penguasa di pusat bekas Tchen-la itu. Dengan pilihannya
itu menandai putusnya hubungan dengan tanah asal orang kambuja dan
pemindahan secara permanen ke dataran rendah orang-orang khmer beserta
penguasa atas seluruh wilayah selatan Indocina. Untuk menebus
kepergiannya, menurut tradisi dari zaman Indravarman, ketika baru saja
tiba kembali di Angkor, rajendravarman mempersembahkan Candi Mebon
(tahun 974-952 M) kepada nenek moyang keluarga kerajaan.
Dalam
bidang politik, rajendravarman memperluas kekeuasaannya samapi ke Champa
dan pada tahun 945-956 M, pasukannya mengobrak-abrik Po Nagar di
Nha-trang. Putranya Jayavarman V menggantikannya pada tahun 968 M dan
memerintah sampai 1001 M. Ia melanjutkan politik ayahnya terutama
memperkokoh kekuasaan Khmer atas wilayah Champa.
3. DINASTI SURYA (kebesaran surya)
Tahun-tahun pertamaabad ke-11 M, sebuah dinasti baru merebut kekuasaan.
Suryavarman I, keturunan “Bangsa Surya” dari kambuja, tampaknya
perampas kekuasaanyang menaklukkan Angkor dengan kekuatan senjata.
Setelah mengalahkan kedua pengganti Jayavarman V yang masa
pemerintahannya tidak lama, ia menetap di ibu kota menjelang tahun 1011
M.
Suryavarman I memiliki sifat-sifat Khmer yang sama seperti para
pendahulunya. Satu-satunya perubahan yang berarti dalam masa
pemerintahannya ialah pembukaan pintu selebar-lebarnya bagi agama
Buddha. Secara pribadi raja beragama Siwa dan melanjutkan kultus raja
yang sudah diterapkan raja-raja pendahulunya. Suryavarman I memerintah
sampai tahun 1050 M. Untuk kerajaan Khmer ia telah mencaplok seluruh
wilayah selatan Siam, dari Lopburu samapi Ligor, dan mungkin sebagian
besar Laos selatan, mungkin meluas sampai ke Luang Prabang.
Putranya,
Udayadityavarman II, menggantikanya dan hidup sampai tahun 1066 M.
Walaupun masa pemerintahannya sangat pendek, dan selalu dirusuhkan oleh
pemberontak-pemberontak di semua propinsi kerajaannya yang luas, ia
masih memperluas kekuasaannya dan mungkin sempat mengalami puncak
kekuasaan tertinggi yang pernah di capai oleh seorang raja Khmer.
Udayadityavarman
II adlah penganut agama Siwayang melaksanakan ibadah secaraa ketat,
walaupun ia condong memuja wisnu. Bahkan pada masa pemerintahannya
ditandai sejenis reaksi anti agama Buddha, namun tidak menghapuskan
kepercayaan yang terus-menerus berkembeng di Kamboja sejak abad ke-11 M.
Adik
bungsunya menggantikannya pada tahun 1066 M dan memerintah di bawah
nama Harshavarman II, samapai menjelang tahun 1080 M. Ia terpaksa
menghadapi serangan orang-orang Chamyang telah memerdekan diri dan
bahkan berhasil membakar ibi kota kuno Sambor Prei Kuk, setelah
mengumpulkan harta rampasan yang menguntungkan. Di bawah
pemerintahannya, kekuasaan dinasti Surya menurun dengan cepat. Setelah
memeribntah selama kurang dari satu abad, dinasti tersebut harus
menyerah ke dinasti yang baru.
PUNCAK KEJAYAAN KERAJAAN ANGKOR
Penghancuran Angkor oleh orang Cham merupakan pukulan fatal pada
tradisi Hindu, yang sampai waktu itu telah menyemarakan peradaban Khmer.
Peristiwa itu sebenarnya mungkin dapat pula menandai akhir Kamboja itu
sendiri. Bersamaan dengan itu peradaban yang dikembangkan dan mencapai
kristalisasi di Angkor menemui jalan buntu. Ia tidak mampu lagi
memperbarui diri yang dikembangkan sebanyak-banyaknya hanyalah tema-tema
itu saja.
Hal ini diperparah lagi dengan majunya agama Buddha
sepanjang abad ke-12 M, berdasarka jumlah patung Sang Bijaksana yang
bertambah banyak. Fakta yang lebih bermakna lagi: seorang raja Angkor,
Dharanindravarman II, secara resmi memeluk agama Buddha. Setelah itu
kemenangan orang Cham dianggap sebagai bencana supra-natural, isyarat
dari langit: akhir suatu tatanan yang begitu digembor-gemborkan, karena
seolah-olah diciptakan oleh para dewa sendiri dan tak tergoyahkan.
1. JAYAVARMAN VII
Ini adalah tokoh yang menangguhkan pukulan nasib fatal dengan
menempatkan negerinya di bawah bendera agama Buddha. Ia seorang tokoh
yang memepesonakan, dan yang paling menonjol dalam sejarah Khmer.
Jayavarman VII ini adalah raja yang paling sombong dan haus kemenangan
diantara semua raja Khmer yang ditonjolkannya adalah
tindakan-tindakannya.
Ia dalam naik tahta tidak langsung mengantikan
ayahnya, hal ini ketika ayahnya wafat, ia sedang berperangdi Champa dan
tidak sempat menuntut haknya.dia tidak berbuat apapun ketika Yasovarman
II naik takhta bahkan ketika Angkor direbut oleh Tribhuvanadityavarman.
Ia telah melewatkan semua periode tersebut dengan menyendiri di Preah
Khan, Kompong Svay.
Sesudah menderita penyakit kusta, lalu sembuh
berkat keajaiban. Ia lalu kembali ke panggung politik dan keagamaan.
Ketika penyerbuan orang Cham lah yang mendorongnya bertindak. Setelah
serentetan peperangan dahsyat, di antaranya pertempuran di danau-danau,
ia mengusir kaum perusak Angkor itu dan pada tahun 1811 M ia naik
takhta. Dalam usia lebih dari enam puluh tahun dan ibu kota hangus, ia
membalas dendam dengan cara yang mengerikan. Ia menyerbu Champa,
mencaplok Vijaya. Sebelumnya ia mendapat jaminan Annam akan netral.
Tetapi begitu ia berhasil, pasukannyaditamabh dengan pasukan-pasukan
dari Champa, Siam, Birma, menyerbu Annam. Di utara barat ia lebih
memajukan lagi batas kerajaannya samapai ke Vientiane, sampai Birma, di
selatan sampai Semenanjung Melayu.
Namun dibalik kesuksessannya
dalam aspek beragamanya, kegiatan yang menggebu nyaris lupa daratan,
padahal ia seorang penganut Buddha Mahayana. Di bawah panji agama Buddha
yang agak konvesional Jayavarman sama sekali tidak meninggalkan kultus
raja, dewa diatas bumi. Tampaknya ia sama sekali tidak mengubah ritus
Hindhu yang mendasari kerajaan Angkor.
D. KEMUNDURAN DAN AKHIR KERAJAAN ANGKOR
Setelah
Jayavarman VII, di Angkor tidak ada lagi raja yang patut dicatat. Ibu
kota masih ada dan penampilannya tidak berubah. Teks-teks Cina, Tcheu
Takuan, pengembara terkenal yang mengunjungi Kamboja pada tahun 1295 M
masih menggambarkan sebagai kota terkaya, rajanya yang paling berkuasa
di laut-laut selatan. Sampai tahun 1430, raja-raja Khmer tetap
memerintah di Angkor.
Penyebab lainnya dalam bidang ekonomi kerajaan
ini berada dalam keadaan bahaya. System hidrolis yang dimiliki Angkor
perlu pemeliharaan dan perkembangan agar tidak dipenuhi lumpur dan
macet. Dengan melemahnya kekuasaan raja maka semakin menuju kebangkrutan
ekonomi karena hanya raja yang mampu mengelolo jaringan raksasa ini.
Tak ayal lagi pertanian di Angkor semakinmenurun dan berakibat pada
menurunnya jumlah penduduk. Selain itu wabah penyakit malaria ikut
memperparah kejatuhan Angkor.
Kehilangan Angkor dipercepat oleh
serbuan Thai yang bertubui-tubi dan merusak. Setelah kota-kota di Angkor
dapat direbut oleh musuh-musuh mereka lalu di rampas kekayaannya dan
dibakar. Maka orang Kamboja meninggalkan Angkor.
Kerajaan Chenla (... M - abad 8 M)
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CHENLA
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CHENLA
Chenla
(Khmer), yang dikenal sebagai Zhenla di Cina dan Lap Chan di Vietnam
(yang merupakan Tiongkok-Vietnam pelafalan), adalah awal kerajaan Khmer.
Chenla (Khmer), yang dikenal Sebagai Zhenla di Cina dan Lap Chan di
Vietnam (yang Merupakan Tiongkok-Vietnam pengucapan,adalah awal kerajaan
khmer.Awalnya negara pengikut Funan, selama 60 tahun itu mencapai
kemerdekaannya dan akhirnya menaklukkan semua Funan, menyerap
orang-orangnya dan budaya. Melemahnya dari negara Funan saat ini
sebagian besar dapat dijelaskan dengan peristiwa-peristiwa jauh:
runtuhnya Kekaisaran Romawi dan kemudian rute perdagangan antara Laut
Tengah dan Cina. Melemahnya dari negara Funan Sebagian besar saat ini
dapat dijelaskan dengan peristiwa-peristiwa jauh: Runtuhnya Kekaisaran
Romawi dan Kemudian rute perdagangan antara Laut Tengah dan Cina.
RAJA YANG MEMERINTAH KERAJAAN CHENLA
1. SURYAWARMAN I
Putra
dari raja Tambralinga. Pernah melakukan ekspansi ke lembah sungai
Menan. Menurut prasasti Lephuri, kekuasaannya meliputi kerajaan Doarwati
dan Kerajaan Tambralinga. Peninggalanya yang terpenting adalah sebuah
candi yaitu Phimeanakus dan Ta Keo.
2. SURYAWARMAN II
Raja
ini juga membuka hubungan diplomatik dengan Cina. Berkali-kali ia
mengirim duta-dutanya ke Cina. Peninggalannya adalah bangunan suci yang
terkenal adalah Angkor Wat
3. JAYAWARMAN VII
Kekuasaannya
meliputi daerah Champa ke utara sampai wilayah di Say-Fong (Viantine).
Peninggalannya adalah sebuah monumen Bayon, yang merupakan kuil Budha
yang berbentuk Piramid.
4. INDRAWARMAN III
Dalam pemerintahannya agama Budha Therawada cepat sekali dalam berkembang dan menjadi agama rakyat.
RUNTUHNYA KERAJAAN CHENLA
Pada 613, Isanapura menjadi ibukota pertama kerajaan baru. Chenla
kemudian dibagi menjadi utara dan selatan negara, yang dikenal sebagai
"Chenla dari Tanah" dan "Chenla Laut," masing-masing. Provinsi yang
Champassak hari Laos modern pusat adalah bagian utara, sementara wilayah
Mekong Delta dan milik pantai bagian selatan. Beberapa negara yang
lebih kecil memisahkan diri dari Utara dan Selatan Chenla di 715, lebih
lanjut melemahkan daerah.
Khmer, yang diyakini pengikut Funan telah mencapai Sungai Mekong dari Sungai Chao Phraya utara melalui Lembah Sungai Mun. Chenla, negara merdeka pertama mereka berkembang dari Funan, menyerap pengaruh Funanese. Catatan Cina kuno menyebutkan dua raja, Shrutavarman dan Shreshthavarman yang memerintah di ibu kota Shreshthapura modern terletak di selatan Laos. Pengaruh yang sangat besar identitas Kamboja yang datang adalah tempa oleh Kerajaan Khmer Bhavapura, di hari modern kota Kamboja Kompong Thom. Pengaruh. Warisannya adalah sultan yang paling penting, Ishanavarman yang sepenuhnya menaklukkan kerajaan Funan selama 612-628. Dia memilih ibukota barunya di Sambor Prei KUK, penamaan itu Ishanapura.
Setelah kematian Jayavarman saya di 681, kekacauan datang pada kerajaan dan di awal abad ke-8, kerajaan pecah menjadi beberapa kerajaan. Pushkaraksha, penguasa Shambhupura mengumumkan dirinya sebagai raja dari seluruh Kambuja. Kronik Cina Menyatakan Bahwa pada abad ke-8, Chenla terpecah menjadi Chenla tanah dan udara Chenla. Selama waktu ini, anak Shambhuvarman menguasai sebagian besar Pushkaraksha air Chenla hingga abad ke-8 yang didominasi Melayu dan Jawa selama bertahun-kerajaan Khmer.
Khmer, yang diyakini pengikut Funan telah mencapai Sungai Mekong dari Sungai Chao Phraya utara melalui Lembah Sungai Mun. Chenla, negara merdeka pertama mereka berkembang dari Funan, menyerap pengaruh Funanese. Catatan Cina kuno menyebutkan dua raja, Shrutavarman dan Shreshthavarman yang memerintah di ibu kota Shreshthapura modern terletak di selatan Laos. Pengaruh yang sangat besar identitas Kamboja yang datang adalah tempa oleh Kerajaan Khmer Bhavapura, di hari modern kota Kamboja Kompong Thom. Pengaruh. Warisannya adalah sultan yang paling penting, Ishanavarman yang sepenuhnya menaklukkan kerajaan Funan selama 612-628. Dia memilih ibukota barunya di Sambor Prei KUK, penamaan itu Ishanapura.
Setelah kematian Jayavarman saya di 681, kekacauan datang pada kerajaan dan di awal abad ke-8, kerajaan pecah menjadi beberapa kerajaan. Pushkaraksha, penguasa Shambhupura mengumumkan dirinya sebagai raja dari seluruh Kambuja. Kronik Cina Menyatakan Bahwa pada abad ke-8, Chenla terpecah menjadi Chenla tanah dan udara Chenla. Selama waktu ini, anak Shambhuvarman menguasai sebagian besar Pushkaraksha air Chenla hingga abad ke-8 yang didominasi Melayu dan Jawa selama bertahun-kerajaan Khmer.
Kerajaan Champa (Abad 7 M - 1832 M)
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CHAMPA
Menurut catatan sejarah Cina, Kerajaan Champa mulai berdiri pada tahun 192 M, yang kerajaannya disebutkan dengan nama Lin Yi. Kerajaan ini merupakan gabungan dari kota-kota yang mempunyai kekuasaan di wilayahnya masing-masing atau untuk itu dikenal dengan istilah konfederasi kota. Kota-kota tersebut bernama :
1. Inderapura (wilayah yang sekarang bernama Dong Duong);
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CHAMPA
Menurut catatan sejarah Cina, Kerajaan Champa mulai berdiri pada tahun 192 M, yang kerajaannya disebutkan dengan nama Lin Yi. Kerajaan ini merupakan gabungan dari kota-kota yang mempunyai kekuasaan di wilayahnya masing-masing atau untuk itu dikenal dengan istilah konfederasi kota. Kota-kota tersebut bernama :
1. Inderapura (wilayah yang sekarang bernama Dong Duong);
2. Amaravati
(wilayah yang sekarang bernama Quang Nam);
3. Vijaya
(wilayah yang sekarang bernama Cha Ban);
4. Kauthara
(wilayah yang sekarang bernama Nha Trang);
5. Panduranga
(wilayah yang sekarang bernama Phan Rang);
Pada awalnya, ibu kota kerajaan Champa terletak di Inderapura (875 M – 1000 M), kemudian dipindahkan ke Vijaya (1000 M – 1471 M), lalu berpindah di Panduranga (1471 M). Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Champa pada setelah abad ke-7 meliputi wilayah-wilayah yang sekarang bernama: Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, Phu Yen, Khanh Hoa, Ninh Thuan, dan Binh Thuan.
Masyarakat Champa (masyarakat yang juga dikenal dengan nama Urang Champa) adalah masyarakat yang mata pencahariannya berdagang. Berdasarkan penelitian, asal-usul masyarakat ini adalah Melayu-Polinesia yang menduduki nusantara pada abad sebelum masehi. Masyarakat ini pada awalnya menganut agama Hindu Siwa sebagai agama resminya. Setelahnya, pada masa pemerintahan raja Inderawarman II, beralih ke Buddha Mahayana. Kemudian, pada abad ke-13 barulah menganut agama Islam. Ciri dari masyarakat Champ ini juga adalah menganut budaya Matrilineal. Masyarakat ini bermusuhan dengan orang-orang Khmer (Kamboja) dan Dai Viet (Vietnam) yang masih berlangsung hingga sekarang. Bukti dari permusuhan orang-orang Dai Viet terhadap Urang Champ adalah pemerintah Vietnam membiarkan bangunan kuno Urang Cham di Vietnam, yaitu Kompleks percandian My Son dan Po Klong Garai, tidak diurus/ dilestarikan.
RAJA YANG MEMERINTAH 1. INDRAWARMAN II
Di bawah kuasa Indrawarman II didirikan ibu kota Indrapura di propinsi Quang Nam. Ia memperbaiki hubungan baik dengan Cina. Pemerintahannya merupakan pemerintahan yang damai, terutama dengan dengan dirikannya bangunan-bangunan besar Budha, sebuah tempat suci, yang reruntuhannya terdapat di Dong-duong, di sebelah tenggara Mison. Ini adalah bukti pertama adanya Budha Mahayana di Champa.
Di bawah kuasa Indrawarman II didirikan ibu kota Indrapura di propinsi Quang Nam. Ia memperbaiki hubungan baik dengan Cina. Pemerintahannya merupakan pemerintahan yang damai, terutama dengan dengan dirikannya bangunan-bangunan besar Budha, sebuah tempat suci, yang reruntuhannya terdapat di Dong-duong, di sebelah tenggara Mison. Ini adalah bukti pertama adanya Budha Mahayana di Champa.
Indrawarman II mendirikan enam dinasti
dalam sejarah Champa. Raja-rajanya lebih aktif daripada yang sebelumnya
dalam perhatiannya pada kehidupan di negeri itu. Mereka bukan saja
mendirikan tempat-tempat suci baru, tetapi juga melindungi
bangunan-bangunan keagamaan itu dari para perampok dan memperbaikinya
kembali jika rusak.
2. JAYASIMHAWARMAN I
hubungan dengan Jawa menjadi erat dan bersahabat. Seorang keluarga
permaisurinya berziarah ke Jawa dan kembali dengan memegang jabatan
tertinggi dengan sejumlah raja dibawahnya. Hubungan ini menjelaskan
pengaruh Jawa pada kesenian Champa.
RUNTUHNYA KERAJAAN CHAMPA
Tahun 1451 Kerajaan Islam Champa diserang kerajaan Buddha dari pedalaman. Para penguasa Champa di Panduranga (Nagar Champa)
yang terbentuk pada pertengahan abad ke-15, melakukan perlawanan
terhadap Vietnam dan pada tahun 1695 melalui perundingan memperoleh
status kepangeranan otonom (Tran Thuan Thanh) di bawah dunasti
Ngunyen dari Cochinchina. Kerajaan Champa kemudian menjadi negara
bawahan yang setia dari Kaisar Gia Long dari dinasti Nguyen, namun pada
akhirnya kedaulatannya dibubarkan pada tahun 1832 oleh anak Kaisar Gia
Long, yaitu Kaisar Minh Mang.
Pada masa peperangan dengan Vietnam, banyak penduduk Champa termasuk
para aristokratnya yang mencari perlindungan di Kamboja, dan mendapatkan
kedudukan yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan baca dan komentari kalo perlu
semoga bermanfaat